Thursday, May 9, 2013

Karena BPM

Posted by BPM KMFP UNPAD On 12:51 AM No comments


Jika tidak di BPM, saya tidak akan sepeduli ini.

BPM, Badan Perwakilan Mahasiswa. Kata orang, ini lembaga yang membosankan, dengan undang-undang yang digeluti, dengan kertas bertuliskan apresiasi yang memenuhi.

Sejak menggeluti organisasi di bangku SMA, saya selalu berprinsip “Isi otak dulu, baru terjun ke lapangan”, prinsip ini saya bawa hingga saat ini. Saya berhasil, menembus dunia BPM KMFP UNPAD, terpilih menjadi anggota dan memilih komisi 3. Dari 25 partner saya, 6 orang diantaranya selalu bekerja bersama saya, terbentuk dalam satu komisi dengan tugas yang sama beratnya dengan komisi lain. Selama menjadi anggota BPM, saya harus mengakui bahwa hal yang saya dapatkan jauh melebihi target yang saya rencanakan. Saya belajar banyak hal, di sini, bersama keluarga BPM.
Ada 2 hal yang saya rasa ini sangat-amat-harus diceritakan.
Pertama, BPM membuat saya peduli.
Akhir-akhir ini, isu kenaikan uang semesteran, dan penghapusan uang pangkal serta penerapan UKT (Uang Kuliah Tunggal) di UNPAD telah menjadi pemberitaan utama mahasiswa-mahasiswa UNPAD, termasuk saya dan teman-teman di fakultas saya. Lalu, saya dan teman-teman BPM KMFP berusaha mengkaji hal ini dengan ketentuan mencari sumber yang tepat dan bukan sekedar isu.
Hari senin yang lalu, tanggal 25 Maret, saya dan kang Ahmad menghadiri pertemuan seluruh perwakilan BPM Fakultas di acara BPM Kema dengan tujuan mengkaji masalah ini. Yang saya tahu, jika UKT diterapkan, hal ini hanya akan berdampak pada mahasiswa baru. Uang semesteran mereka akan naik, tapi tidak dengan angkatan saya dan angkatan-angkatan di atas saya.
Jika saja saya bukan anggota BPM, mungkin saya tidak akan memusingkan hal ini, toh ibaratnya ini tidak akan berdampak pada saya. Uang semesteran saya tidak akan naik. Tapi berbeda kondisinya ketika saya menjadi anggota BPM. Saya harus peduli pada kesejahteraan mahasiswa-mahasiswa UNPAD, baik itu teman fakultas saya, teman fakultas lain, angkatan lama dan bahkan calon mahasiswa baru. Lalu saya ikut mengkaji dan bersama-sama mencari jalan keluar agar penetapan UKT tidak benar-benar menjadi penghambat bagi calon mahasiswa untuk berkuliah di UNPAD. Well, kami harus peduli. Saya belajar kepedulian.
Kedua, BPM mengajarkan saya bahwa perempuan ada bukan hanya sekedar pelengkap, tapi lebih dari itu.
Saya, Ary dan Irfan adalah sebagian dari anggota komisi 3 yang memiliki kesamaan, sama-sama suka berbicara, sama-sama suka berdebat. Di suatu kesempatan, kami mengadakan rapat komisi, membahas mengenai suatu hal yang memancing kami semua untuk berargumen. Satu persatu di antara kami mengungkapkan pendapat, hingga akhirnya Ary dan Irfan saling berselisih. Sudah menjadi hal biasa ketika saya selalu berusaha menjadi penengah di antara mereka, lalu saya memutuskan mencari solusi lain sebagai jalan tengah yang diambil dari benang merah pembicaraan. Kebetulan kami semua sepakat, dan menemukan titik kesimpulan yang tepat.
Masih dalam keadaan lelah setelah saling berargumen, tiba-tiba Ary berbicara “Ini nih pentingnya ada perempuan di sini, dia bisa jadi penengah buat kita yang sama-sama keras.” Ary mengangguk-mengangguk dan saya tersenyum-senyum.
Karena BPM, maka saya paham tentang hal seperti ini. 
 


 

© ditulis oleh anggota komisi III Siti Hajar Riyanti Wikara


0 comments:

Post a Comment

Site search

    About

    BPM KERAMAT KMFP 2013 (Kerja Keras, Reaktif, Aktual, Mandiri, Amanat) Sampaikan aspirasimu untuk KMFP UNPAD yang lebih baik! Salam Keramat! Viva Legislativa!