Thursday, May 30, 2013
Thursday, May 9, 2013
Lokakarya
Pola Pembinaan merupakan salah satu agenda tahunan yang diadakan oleh BPM KMFP
Unpad demi menyamakan persepsi mengenai pola pembinaan. kegiatan ini dilakukan
pada 1-2 April di Student Center lantai 2 Fakultas Pertanian Unpad. dengan
agenda hari pertama dilakukan bersama pihak dekanat dan hari kedua dilakukan
pemilihan ketua PAM (Penerimaan Anggota Muda) Keluarga Mahasiswa Fakultas
Pertanian Unpad dan ketua MABIM (Masa Bimbingan) Anggota Muda Keluarga
Mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad.
Kegiatan
ini juga dihadiri oleh perwakilan angkatan mengingat kegiatan ini terbuka untuk
semua warga KMFP.
setelah
melalui jajak pendapat, terpilihlah Kang Nasrul (2009) sebagai ketua PAM KMFP
2013 dan Kang Iqbal (2011) sebagai ketua Mabim 2013.
Ceu Nofalia (2009) sebagai moderator lokakarya |
Suasana lokakarya |
Kang Iqbal (2011) Ketua Mabim 2013 |
Kang Nasrul (2009) Ketua PAM 2013 |
Pemberian Plakat oleh Kang Faisal (Ketua BPM KMFP 2013) kepada moderator |
semoga Ketua PAM dan Ketua
Mabim KMFP 2013 dapat mengemban amanah ini dengan sebaik baiknya. Viva
legislativa!
Banyak
orang yang berpendapat bahwa berorganiasi itu adalah suatu kegiatan yang hanya
membuang-buang waktu khususnya para kaum mahasiswa dan orang tua. Mereka yang
berpendapat seperti ini merasa bahwa dengan kita berorganisasi maka waktu masa
muda kita tidak bisa kita nikmati misalnya bermain, berlatih menjadi seorang
wirausaha, belajar serta yang lainnya. Orang tua juga banyak berpendapat bahwa
dengan mengikuti organisasi akan mengganggu jam belajar anaknya dan menambah
biaya pengeluaran.
Pemikiran yang seperti ini bisa
dinyatakan pemikiran yang primitif, dimana kita tidak menyadari bahwa dengan
berorganisasi maka bisa memanage diri
dan waktu kita. Banyak pelajaran yang bermanfaat yang kita dapatkan dalam
berorganisasi khususnya dalam persiapan menyongsong masa depan di dunia kerja.
Salah satu organisasi mahasiswa
menurut saya yang sangat berpengaruh terhadap tujuan dari berorganisasi yaitu
BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa). Kalau dalam tingkatan pemerintahan Indonesia
BPM ini seperti DPR yang berperan penting dalam menaungi atau mewakilkan
berpuluh-puluh bahkan sampai berratus-ratus mahasiswa secara langsung. Tugas
ini memang sangat berat, tetapi dalam tugas organisasi seperrti inilah kita
dituntut bagaimana cara kita bukan hanya memanage
diri dan waktu kita, tetapi juga bagaimana kita bisa menjadi perwakilan dari
banyaknya mahasiswa.
Dengan peran sebagai wakil dari
banyak mahasiswa, kita juga dituntut berpikir secara dinamis dan sinergis
antara kuliah dan organisasi. Kerjasama yang tinggi dan energik juga dituntut
dalam BPM sehingga kita bisa tetap solid
dalam mengemban tanggung jawab baik perkuliahan maupun organisasi. Jiwa
kepemimpinan dalam diri kita akan semakin dibangun bagaimana cara kita
menjangkau begitu banyak mahasiswa yang berbeda-beda baik dari segala sifat,
asal, budaya dan yang lainnya.
Dengan tuntutan yang begitu banyak
dalam BPM, saya merasa bahwa organisasi ini mampu membantu dalam menyongsong
masa depan baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial bermasyarakat. Di BPM
kita akan mendapatkan gambaran bagaimana caranya kita bisa berjiwa besar, tetap energik walaupun banyak tantangan yang
dihadapi, bersosialisasi terhadap orang-orang yang sebelumnya tidak kita kenal,
dan bagaimana caranya membangun serta menjaga hubungan yang sinergis dengan
orang lain.
Ilmu pengetahuan
itu bukan hanya didapatkan dalam perkuliahan saja, tetapi dengan berorganisasi
kita juga akan mendapatkan banyak pengetahuan yang mungkin tidak didapatkan
dalam kelas perkuliahan. Hal inilah yang sangat mendukung betapa besarnya
manfaat yang akan kita dapatkan dalam berorganisasi. Tingkatkan kualitas organisasi
dan tetap tingkatkan juga pendidikanmu. Mahasiswa...!!! Jaya...!!!
© ditulis oleh Anggota Komisi I Arion Euodia Saragih
Jika tidak di BPM, saya tidak akan sepeduli
ini.
BPM, Badan Perwakilan Mahasiswa. Kata orang,
ini lembaga yang membosankan, dengan undang-undang yang digeluti, dengan kertas
bertuliskan apresiasi yang memenuhi.
Sejak menggeluti organisasi di bangku SMA, saya
selalu berprinsip “Isi otak dulu, baru terjun ke lapangan”, prinsip ini
saya bawa hingga saat ini. Saya berhasil, menembus dunia BPM KMFP UNPAD,
terpilih menjadi anggota dan memilih komisi 3. Dari 25 partner saya, 6 orang
diantaranya selalu bekerja bersama saya, terbentuk dalam satu komisi dengan
tugas yang sama beratnya dengan komisi lain. Selama menjadi anggota BPM, saya
harus mengakui bahwa hal yang saya dapatkan jauh melebihi target yang saya
rencanakan. Saya belajar banyak hal, di sini, bersama keluarga BPM.
Ada 2 hal yang saya rasa ini sangat-amat-harus
diceritakan.
Pertama, BPM membuat saya peduli.
Akhir-akhir ini, isu kenaikan uang semesteran,
dan penghapusan uang pangkal serta penerapan UKT (Uang Kuliah Tunggal) di UNPAD
telah menjadi pemberitaan utama mahasiswa-mahasiswa UNPAD, termasuk saya dan
teman-teman di fakultas saya. Lalu, saya dan teman-teman BPM KMFP berusaha
mengkaji hal ini dengan ketentuan mencari sumber yang tepat dan bukan sekedar
isu.
Hari senin yang lalu, tanggal 25 Maret, saya
dan kang Ahmad menghadiri pertemuan seluruh perwakilan BPM Fakultas di acara
BPM Kema dengan tujuan mengkaji masalah ini. Yang saya tahu, jika UKT
diterapkan, hal ini hanya akan berdampak pada mahasiswa baru. Uang semesteran
mereka akan naik, tapi tidak dengan angkatan saya dan angkatan-angkatan di atas
saya.
Jika saja saya bukan anggota BPM, mungkin saya
tidak akan memusingkan hal ini, toh ibaratnya ini tidak akan berdampak pada
saya. Uang semesteran saya tidak akan naik. Tapi berbeda kondisinya ketika saya
menjadi anggota BPM. Saya harus peduli pada kesejahteraan mahasiswa-mahasiswa
UNPAD, baik itu teman fakultas saya, teman fakultas lain, angkatan lama dan
bahkan calon mahasiswa baru. Lalu saya ikut mengkaji dan bersama-sama mencari
jalan keluar agar penetapan UKT tidak benar-benar menjadi penghambat bagi calon
mahasiswa untuk berkuliah di UNPAD. Well, kami harus peduli. Saya
belajar kepedulian.
Kedua, BPM mengajarkan saya bahwa perempuan ada
bukan hanya sekedar pelengkap, tapi lebih dari itu.
Saya, Ary dan Irfan adalah sebagian dari
anggota komisi 3 yang memiliki kesamaan, sama-sama suka berbicara, sama-sama
suka berdebat. Di suatu kesempatan, kami mengadakan rapat komisi, membahas
mengenai suatu hal yang memancing kami semua untuk berargumen. Satu persatu di
antara kami mengungkapkan pendapat, hingga akhirnya Ary dan Irfan saling
berselisih. Sudah menjadi hal biasa ketika saya selalu berusaha menjadi
penengah di antara mereka, lalu saya memutuskan mencari solusi lain sebagai
jalan tengah yang diambil dari benang merah pembicaraan. Kebetulan kami semua
sepakat, dan menemukan titik kesimpulan yang tepat.
Masih dalam keadaan lelah setelah saling
berargumen, tiba-tiba Ary berbicara “Ini nih pentingnya ada perempuan di
sini, dia bisa jadi penengah buat kita yang sama-sama keras.” Ary
mengangguk-mengangguk dan saya tersenyum-senyum.
Karena BPM, maka saya paham tentang hal seperti
ini.
© ditulis oleh anggota komisi III Siti Hajar Riyanti Wikara
Kampus
dapat dikatakan seperti miniatur sebuah negara. Keanekaragaman suku, budaya dan
ras juga turut serta mewarnai dalam kehidupan kampus. Dengan adanya berbagai
bentuk masyarakat di dalam kampus tersebut, maka perlu adanya peran mahasiswa dalam mengakomodir
kehidupan di dalamnya . Oleh Karena itu,
didalam kampus terdapat berbagai lembaga lembaga kemahasiswaan seperti lembaga
Badan Eksekutif Mahasiswa disingkat menjadi BPM , Badan Perwakilan Mahasiswa
yang biasa disingkat BEM, Mahkamah Mahasiswa, Himpunan, Unit Kegiatan Mahasiswa
yang disingkat UKM DLL. Setiap kampus memiliki sistem pemerintahan masing –
masing sesuai dengan kebutuhanya.
Diantara
banyak lembaga kemahasiswaan yang terdapat di dalam kampus. Tidak banyak yang
mengetahui lembaga legislatif yang terdapat di dalam kampusnya. Sedangkan yang
mengetahui ,tidak banyak yang mengerti
tugas dan fungsinya. Yang mengerti tidak banyak yang mau masuk kedalam
lembaganya. Karna tugas dan fungsi
lembaga legislatif ditingkat kampus masih belum berjalan dengan baik. Tugas
legislatif dan eksekutif sangatlah berbeda. Seorang yang masuk kedalam lembaga
legislatif harus mengusi program kerja
lembaganya, harus mengawasi jalanya pemerintahan, dan juga harus dapat menjaring
dan memperjuangkan aspirasi- aspirasi mahasiswa.
Orang
– orang yang tergabung didalam lembaga
legislatif sering dikatakan sebagai senator. Seorang senator adalah seseorang
yang menjadi wakil dari sekelompok masyarakat, untuk memperjuangkan hak hak
yang diwakilinya, dalam kehidupan bernegara khususnya di Indonesia senator
ditingkat pusat berada di DPR RI dan ditingkat daerah ada di DPRD sedangkan
ditingkat kampus berada di Badan Perwakilan Mahasiswa BPM dan ada juga yang
menamakan Dewan Perwakilan Mahasiswa DPM. Setiap anggota senator mempunyai
tugas dan fungsinya yang wajib dijalankan. Senator dipilih oleh pemilihnya
berdasarkan daerahnya masing –masing. Dapat dikatakan senator adalah
representatif dari orang yang memilihnya.
Keseimbangan
kelembagaan kemahasiswaan sangatlah penting khususnya lembaga legislatif dan
eksekutif . hal tersebut dapat menciptakan kehidupan kemahasiswaan yang
dinamis. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya kedua lembaga tersebut harus
berjalan sinergis agar dapat menciptakan kemajuan di kelembagaan kemahasiswaanya.
Menjadi
anggota Badan Perwakilan Mahasiswa itu sangat luar biasa, mendampingi dan
mengawasi jalannya Badan Ekseskutif Mahasiswa agar sesuai dengan peraturan –
peraturan seperti AD/ART, GBHK dan Undang-Undang yang berlaku. Menilai kinerja BEM selama satu tahun kepengurusan. Seorang
anggota BPM setingkat dengan ketua lembaga himpunan dan perhimpunan dalam
Kongres atau Musyawarah besar.
© ditulis oleh Ketua BPM KMFP Unpad 2013 Faisal Abdillah
Subscribe to:
Posts (Atom)